Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Melawan Kegilaan yang Mapan

Melawan Kegilaan yang Mapan

Written By Iji Jaelani on Selasa, 07 Februari 2017 | 03.23

puisi perjuangan, puisi cinta, puisi inspirasi
melawan kegilaan
Semakin hari semakin gila. Disuruh mengambil keputusan agar dewasa, semakin dewasa semakin tak mampu mengambil keputusan. Media dicipta untuk menampung kata kata, semakin media berserakan semakin tak lantang bicara.

Semakin pintar tanpa rasa, semakin menjadi lumpen menipu dengan talenta. Pengetahuan dan sastera laksana mantra dan lentera, mengungkap gelap dalam terang, bau dalam aroma farfum wewangian.

Gestur adalah makna, mimik adalah tanda, diam adalah ujaran bahasa kesunyian. Penuh takut, cemas, waspada, pasrah, atau marah. Hakikatnya jiwa merdeka, kecuali dipenjara norma, kesopanan, dan aparatus pembuat prosedur kepentingan.

Perang jiwa adalah perang kemerdekaan, karena ia melawan penjajahan atas ketakutan dan koloni ketenaran,  kekayaan, musuh, dan ilusi.
 
Sembunyi dalam ketidaktahuan rupa cara menutupi kelemahan. Diam dalam kebenaran adalah penjara. Lantang dalam kesalahan adalah muslihat. Benar dan salah adalah norma, baik dan buruk adalah moralitas.
 
Dunia memang sandiwara, dimana kata kata vulgar sering dianggap kepolosan, kekonyolan, dan melanggar etika kesopanan. Dikucilkan, dimiskinkan, dijatuhkan dan dihilangkan adalah citra, dimana tubuh dan citra tubuh adalah resiko pertaruhan. Sementara jiwa merdeka dari beban dan keinginan, tak ada lagi semak belukar merambat menghalang rintang.

Aktor hebat selalu berkarakter kuat, berlaku sebagaimana naskah dan peran. Merasuk ke dalam sukma, bersenyawa, larut dalam tarian kesunyian dan kebisingan.

Tiap tiap yang berkembang pasti layu. Tiap tiap yang tumbuh pasti berkembang. Tiap yang pergi pasti pulang.Tiap menanam pasti memanen, tiap memanen pasti merawat. Dosa dan ganjaran hanyalah hak mutlak tuhan, karma baik dan buruk itulah kepastian tindakan.

Kata kata adalah mantra mantra. pikiran adalah senjata. kemerdekaan adalah panglima. 


Melawan Kegilaan yang Mapan

Bandung, 7 Febrauri 2017

0 komentar:

Posting Komentar