Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Biografi Gus Dur

Biografi Gus Dur

Written By Iji Jaelani on Minggu, 28 Februari 2016 | 18.00



Sebuah Teori Perilaku untuk Memahami Sosok Gus Dur

biografi Gus Dur singkat, Gus Dur meninggal, masa kecil Gus Dur, Gus Dur menjadi presiden, Gus Dur ketua PBNU
Biografi singkat Gus Dur
Untuk memahami pemikiran Gus Dur tidak cukup hanya mengandalkan satu pendekatan saja, misalnya pendekatan politik, atau pendekatan ideologi. Karena kompleknya talenta dan daya independensinya Gus Dur, agaknya kita perlu juga menggunakan teori perilaku, yakni mengurai kisah hidupnya sebagai bagian tak terpisahkan untuk mengenali sosok Gus Dur secara utuh

     1.    Internalisasi pemikiran

            a.    Kecil dan remaja
Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940. Gus Dur lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah.
Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata "Addakhil" yang tidak cukup dikenal pada akhirnya diganti menjadi  "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur.
     Pada tahun 1954, Gus Dur memasuki SMEP di Growongan sambil mondok di pesantren Karapyak. Ia mulai bersentuhan dan mendalami bahasa Inggris hingga mampu membaca karya-karya tokoh dunia dalam versi Bahasa Inggris, misalnya karya Ernest Hemingway, John Steinbach, William Faulkner, dan beberapa karya Wiill Durant yang berjudul ‘The Story of Civilazation’.
     Selain belajar dengan membaca buku-buku berbahasa Inggris, Gus Dur muda aktif mendengarkan siaran radio Voice of America dan BBC London, hingga seorang guru SMEP yang juga anggota Partai Komunis-memberi buku karya Lenin ‘What is To Be Done’. Pada saat yang sama, Gus Dur remaja telah mengenal Das Kapital-nya Karl Marx, filsafat Plato,Thales, dan sebagainya.
     Setamatnya dari SMEP pada 1957, Gus Dur meneruskan pendidikannya di pesantren Tegalrejo, Magelang, di bawah asuhan KH.Chudhari, sosok kiai yang dikenal humanis. Di pesantren ini pulalah Gus Dur mengenal ritus-ritus sufi mempraktekkan ritual mistik.
Pada tahun 1959, Gus Dur  pindah kembali ke Jombang dan tinggal di pesantren tambak beras pesantren. Menjelang usia 20 tahun, Gus Dur menjadi ustadz dan kepala madrasah. Ia pun aktif menjadi jurnalis di majalah Horison dan majalah Budaya Jaya. Pada usia 22 tahun, Gus Dur berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, kemudian dilanjutkan dengan menempuh pendidikan Al Azhar melalui beasiswa Departemen Agama.

b.    Pendidikan luar negeri
Berkat beasiswa depag, pada November 1963 Gus Dur  melanjutkan studi  ke Kairo. Akan tetapi, kekecewaan terjadi pada tahun pertama karena dirinya harus melakukan remidial yang membosankan karena harus mengulang mata pelajaran yang pernah ditempuh di pesantren.
Di sana Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan, menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton sepak bola. Ia juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut.
Banyak hal yang terjadi. Pertama, ia bekerja di kedutaan besar indonesia. Kedua, Indonesia sedang mengalami Insiden G30 SPKI dan ia  diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar Indonesia di universitas Al Azhar dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Pada tahun 1966, ia pun pindah ke Irak melalui beasiswa di Universitas Baghdad, masuk dalam Departement of Religion sampai tahun 1970.
c.    Karir awal
Karir awal Gus Dur adalah bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dan mendirikan P3M yang dimotori oleh LP3ES.
Karier Gus Dur berlanjut menjadi jurnalis, menulis untuk majalah Tempo dan koran Kompas, menjadi seorang guru di Jombang dan pada tahun 1974, sekretaris Pesantren Tebu Ireng, hingga menjadi Guru Kitab Al Hikam.
Pada 1977, Ia bergabung dengan Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, dengan mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi. Sementara pada 1979, ia pindak ke Jakarta dengan mendirikan pesantren Ciganjur.

2.    Keterlibatan dengan NU

Pada tahun 1980, karier Gus Dur semakin melesat setelah ia dipercaya menjadi wakil katib syuriyah PBNU. Pada tahun tahun ini Gus Dur dipilih menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahunn 1983, ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986, 1987, dan berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahuin 1982.
a.    Reformasi NU
Kiprah pertama Gus Dur di PBNU adalah menjadi tim tujuh untuk mengerjakan isu reformasi NU. Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon terhadap kebijakan asas tunggal pancasila,  hingga akhirnya melalui bahsul masail  NU menyatakan menerima pancasila sebagai ideologi negara.

b.    Manuver Ketua PBNU
Reformasi-reformasi yang dilakukan Gus Dur terhadap NU semakin membuat prestasi dan popularitasnya naik di kalangan elit NU hingga Gus Dur menjadi ketua PBNU pada 1984 dan penghargaan sebagai indoktrinator Pancasila pada tahun 1985. Sampai pada tahun 1987, sampai pada manuver yang sangat kontroversial karena mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar Suharto sampai menjadi anggota MPR mewakili Golkar.

3.    Politik praktis

a.    Politik Oposisi
Politik oposisi yang paling tampak  Gus Dur lakukan ialah pada saat ia kembali terpilih menjadi ketua PBNU tahun 1989. Pada tahun 1991, Gus Dur menolak memasuki ICMI dan membentuk Forum Demokrasi. Begitu pula Pada Maret 1992, Gus Dur mengadakan Rapat Akbar NU ke 66 dihadiri sekitar 1 juta muslim, dengan bertemakan melakukan dukungan kembali kepada pancasila.
Pada masa kepemimpinannya yang ketiga, Gus Dur mulai melakukan aliansi dengan Megawati dari PDI yang pada waktu itu sama-sama menjadi oposisi.  Pada 1997, saat Soeharto mulai kehilangan kendali dalam mengendalikan krisis moneter, Gus Dur didorong untuk melakukan reformasi bersama Amin Rais dan Megawati.

b.    Menjelang Menjadi Presiden
Perubahan peta politik pasca kejatuhan Soeharto ialah bermunculannya partai-partai politik baru, yaitu PAN yang dipimpin Amin Rais, PDI Perjuangan yang dibentuk Megawati, serta PKB yang dibentuk Gus dur sendiri. Gus Dur bersama Amin Rais, Megawati, dan Sultan Hamengkubuwono X melakukan pertemuan di Ciganjur untuk meneruskan agenda reformasinya.

c.    Menjadi Presiden ke-4
Kabinet pertama Gus Dur bernama Kabinet Persatuan Nasional, terdiri dari PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Begitu pula Non-partisan dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut.
Dua agenda gus Dur dalam reformasi adalah pembubaran departemen penerangan sebagai media pemerintah, beserta pembubaran departemen sosial yang korup.
Adapun pembangunan kepercayaan nasional pasca krisis moneter ditunjukkan melalui kunjungan antar negara anggota ASEAN dan negara negara lainnya, baik Asia, Efrika, Eropa, dan Amerika. Ia juga berusaha membuka hubungan diplomatik dengan Israel sehingga membuat kemarahan banyak muslim di Indonesia.
Dalam membangun kekuatan internal, Gus Dur melakukan negosiasi dengan GAM dan menandatangani nota kesepahaman dengan GAM, juga berhasil meyakinkan rakyat papua tetap pada posisinya sebagai bagian dari NKRI.
Soal pembangunan demokratisasi dan HAM, Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No.XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut meskipun menuai kontroversi. Gus Dur pun mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional.
Menjelang akhir kepemimpinannya, pada tahun 2000, muncul skandal Buloggate dan Bruneigate, yang kemudian menjatuhkannya. Tragedi lain pada tahun 2000 adalah bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat, dan terjadi serangan bom terhadap gereja-gereja di Jakarta dan delapan kota lainnya di seluruh Indonesia, begitu juga dengan konflik poso yang membat politik nasional tidak stabil.

Di akhir kepemimpinannya, Gus Dur mengumumkan pemberlakuan dekrit.  Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri. 

 

Epilog 

Sangat tidak mudah menyimpulkan pemikiran dan gerakan Gus Dur yang sangat mulitalenta tersebut. Aku pun tak bisa menyimpulkan. Akan tetapi terlepas dari semua kontroversinya,  Gus Dur selama hidupnya didedikasikan pada spirit kemanusiaan dan keadilan sosial, atas nilai-nilai ketauhidan yang diyakininya.  
Catatan ini hanya serpihan kisah Gus Dur yang kususun dari penelitianku semasa di kampus. Jika Sobat ingin membaca lebih jauh, Sobat bisa buka situs Gus Dur, atau kita bisa kopi darat di Buah Batu, Bandung, tempat persinggahanku buat sementara.

0 komentar:

Posting Komentar