Sebuah Teori Perilaku untuk Memahami Sosok Gus Dur
Biografi singkat Gus Dur |
Untuk memahami pemikiran Gus Dur tidak
cukup hanya mengandalkan satu pendekatan saja, misalnya pendekatan politik,
atau pendekatan ideologi. Karena kompleknya talenta dan daya independensinya
Gus Dur, agaknya kita perlu juga menggunakan teori perilaku, yakni mengurai
kisah hidupnya sebagai bagian tak terpisahkan untuk mengenali sosok Gus Dur
secara utuh.
1. Internalisasi pemikiran
a. Kecil dan remaja
Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940. Gus
Dur lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar
Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah.
Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil.
"Addakhil" berarti "Sang Penakluk". Kata
"Addakhil" yang tidak cukup dikenal pada akhirnya diganti menjadi "Wahid", dan kemudian lebih dikenal
dengan panggilan Gus Dur.
Pada tahun 1954, Gus Dur memasuki SMEP di
Growongan sambil mondok di pesantren Karapyak. Ia mulai bersentuhan dan
mendalami bahasa Inggris hingga mampu membaca karya-karya tokoh dunia dalam versi
Bahasa Inggris, misalnya karya Ernest Hemingway, John Steinbach,
William Faulkner, dan beberapa karya Wiill Durant yang berjudul ‘The Story of
Civilazation’.
Selain belajar
dengan membaca buku-buku berbahasa Inggris, Gus Dur muda aktif mendengarkan
siaran radio Voice of America dan BBC London, hingga seorang guru SMEP yang
juga anggota Partai Komunis-memberi buku karya Lenin ‘What is To Be Done’. Pada
saat yang sama, Gus Dur remaja telah mengenal Das Kapital-nya Karl Marx,
filsafat Plato,Thales, dan sebagainya.
Setamatnya dari SMEP pada 1957, Gus Dur
meneruskan pendidikannya di pesantren Tegalrejo, Magelang, di bawah asuhan KH.Chudhari,
sosok kiai yang dikenal humanis. Di pesantren ini pulalah Gus Dur mengenal
ritus-ritus sufi mempraktekkan ritual mistik.
Pada
tahun 1959,
Gus Dur pindah kembali ke Jombang dan tinggal di
pesantren tambak beras pesantren. Menjelang usia 20 tahun, Gus Dur menjadi ustadz dan
kepala madrasah. Ia pun aktif
menjadi jurnalis di
majalah Horison
dan majalah Budaya Jaya. Pada
usia 22 tahun, Gus Dur berangkat ke tanah suci untuk
menunaikan ibadah haji, kemudian dilanjutkan dengan menempuh pendidikan Al
Azhar melalui beasiswa Departemen Agama.
b. Pendidikan luar negeri
Berkat beasiswa depag, pada November 1963 Gus Dur melanjutkan studi ke Kairo. Akan tetapi, kekecewaan terjadi
pada tahun pertama karena dirinya harus melakukan remidial yang membosankan
karena harus mengulang mata pelajaran yang pernah ditempuh di pesantren.
Di sana Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan, menonton film
Eropa dan Amerika, dan juga menonton sepak bola. Ia juga
terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah
asosiasi tersebut.
Banyak hal
yang terjadi. Pertama, ia bekerja di kedutaan besar indonesia. Kedua,
Indonesia sedang mengalami Insiden G30 SPKI dan ia diperintahkan untuk melakukan
investigasi terhadap pelajar Indonesia di universitas Al Azhar dan
memberikan laporan kedudukan politik mereka. Pada
tahun 1966, ia pun pindah ke
Irak melalui beasiswa di Universitas Baghdad, masuk dalam
Departement of Religion sampai tahun 1970.
c. Karir awal
Karir awal Gus Dur adalah bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi
dan Sosial (LP3ES) dan mendirikan P3M yang dimotori oleh
LP3ES.
Karier Gus Dur berlanjut menjadi jurnalis, menulis untuk
majalah Tempo dan koran Kompas, menjadi
seorang guru di Jombang
dan pada tahun 1974, sekretaris Pesantren
Tebu Ireng, hingga
menjadi Guru Kitab Al Hikam.
Pada 1977, Ia bergabung dengan Universitas Hasyim Asyari sebagai
dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, dengan mengajar subyek tambahan
seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi. Sementara pada 1979, ia pindak ke Jakarta dengan
mendirikan pesantren Ciganjur.
2. Keterlibatan dengan NU
Pada tahun 1980, karier Gus Dur semakin melesat setelah
ia dipercaya menjadi wakil katib syuriyah PBNU. Pada tahun
tahun ini Gus Dur dipilih menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada
tahunn 1983, ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986, 1987,
dan berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahuin 1982.
a. Reformasi NU
Kiprah pertama Gus Dur di PBNU adalah menjadi tim tujuh untuk
mengerjakan isu reformasi NU. Gus Dur menjadi
bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon terhadap kebijakan
asas tunggal pancasila, hingga
akhirnya melalui bahsul masail NU menyatakan
menerima pancasila sebagai ideologi negara.
b. Manuver Ketua PBNU
Reformasi-reformasi
yang dilakukan Gus Dur terhadap NU semakin
membuat prestasi dan popularitasnya naik di kalangan elit NU hingga Gus Dur menjadi
ketua PBNU pada 1984 dan penghargaan
sebagai indoktrinator Pancasila pada tahun 1985.
Sampai pada tahun 1987, sampai pada manuver yang sangat
kontroversial karena mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan
memperkuat Partai Golkar Suharto sampai menjadi anggota MPR mewakili Golkar.
3. Politik praktis
a. Politik Oposisi
Politik oposisi
yang paling tampak Gus Dur lakukan ialah
pada saat ia kembali terpilih menjadi ketua PBNU tahun 1989. Pada tahun 1991, Gus Dur
menolak memasuki ICMI dan membentuk Forum Demokrasi. Begitu pula Pada Maret
1992, Gus Dur mengadakan Rapat Akbar NU ke 66 dihadiri sekitar 1 juta muslim, dengan
bertemakan melakukan dukungan kembali kepada pancasila.
Pada masa kepemimpinannya yang ketiga,
Gus Dur mulai melakukan aliansi dengan Megawati dari PDI yang pada waktu
itu sama-sama menjadi oposisi.
Pada
1997, saat Soeharto mulai kehilangan kendali dalam mengendalikan krisis moneter, Gus Dur
didorong untuk melakukan reformasi bersama Amin Rais dan Megawati.
b. Menjelang Menjadi Presiden
Perubahan peta
politik pasca kejatuhan
Soeharto ialah bermunculannya partai-partai politik baru, yaitu PAN yang
dipimpin Amin Rais, PDI
Perjuangan yang dibentuk
Megawati, serta PKB yang dibentuk Gus dur sendiri. Gus Dur bersama Amin Rais, Megawati,
dan Sultan Hamengkubuwono X melakukan pertemuan di Ciganjur untuk meneruskan
agenda reformasinya.
c. Menjadi Presiden ke-4
Kabinet pertama
Gus Dur bernama Kabinet Persatuan Nasional, terdiri dari PDI-P, PKB,
Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK). Begitu pula Non-partisan
dan TNI juga ada dalam kabinet tersebut.
Dua agenda gus
Dur dalam reformasi adalah pembubaran departemen penerangan sebagai media
pemerintah, beserta pembubaran departemen sosial yang korup.
Adapun pembangunan kepercayaan nasional pasca krisis
moneter ditunjukkan melalui kunjungan antar negara anggota ASEAN dan negara
negara lainnya, baik Asia, Efrika, Eropa, dan Amerika. Ia
juga berusaha membuka hubungan diplomatik dengan Israel sehingga membuat
kemarahan banyak muslim di Indonesia.
Dalam membangun kekuatan internal, Gus Dur melakukan
negosiasi dengan GAM dan menandatangani nota kesepahaman
dengan GAM, juga berhasil meyakinkan rakyat papua tetap
pada posisinya sebagai bagian dari NKRI.
Soal pembangunan demokratisasi dan HAM, Gus Dur juga
mengusulkan agar TAP MPRS No.XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme
dicabut meskipun menuai kontroversi. Gus Dur pun
mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional.
Menjelang akhir kepemimpinannya, pada tahun 2000, muncul skandal Buloggate dan
Bruneigate, yang kemudian menjatuhkannya. Tragedi lain pada
tahun 2000 adalah bendera bintang kejora berkibar di Papua Barat, dan terjadi
serangan bom terhadap gereja-gereja di Jakarta dan delapan kota lainnya di
seluruh Indonesia, begitu juga dengan konflik poso yang membat politik nasional
tidak stabil.
Di akhir kepemimpinannya, Gus Dur mengumumkan pemberlakuan dekrit. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.
Epilog
Sangat
tidak mudah menyimpulkan pemikiran dan gerakan Gus Dur yang sangat mulitalenta
tersebut. Aku pun tak bisa menyimpulkan. Akan tetapi terlepas dari semua
kontroversinya, Gus Dur selama hidupnya
didedikasikan pada spirit kemanusiaan dan keadilan sosial, atas nilai-nilai
ketauhidan yang
diyakininya.
Catatan
ini hanya serpihan kisah Gus Dur yang kususun dari penelitianku semasa di
kampus. Jika Sobat ingin membaca lebih jauh, Sobat bisa buka situs Gus Dur,
atau kita bisa kopi darat di Buah Batu, Bandung, tempat persinggahanku buat
sementara.
0 komentar:
Posting Komentar