Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Kemana Politik Nasional Berpihak, Ini Zona Retakan

Kemana Politik Nasional Berpihak, Ini Zona Retakan

Written By Iji Jaelani on Minggu, 07 Februari 2016 | 07.33


politik indonesia, politik ekonomi Indonesia, politik Indonesia saat ini, politik indonesia sekarang, politik indonesia terbaru, politik indonesia terkini, politik indonesia hari ini, politik indonesia terkini,
Arah Politik Indonesia pasca pilpres
Bagi saya dan juga bagi yang lain, membicarakan masa depan Indonsia tidaklah sekadar mempersoalkan masalah polemik pilpes, Revisi UU MD3, atau pun persoalan pilkada langsung atau pun tidak langsung. Terlepas persoalan elit tersebut, tahun-tahun ini masayarakat dihadapkan pada zona retakan di antara politik citra dan politik transaksional, yaitu tahun-tahun di mana politik elit dikuasai oleh 3 kekuatan besar: partai politik yang kembali menguat dengan segala kepentingannya, media sebagai mesin politik aliran yang menguasai dan mengarahkan persepsi publik, dan pemodal beserta intelektual bayaran sebagai pembenarannya.

 Potret Politik Indonesia Pasca Pilpres 2014

politik indonesia, politik ekonomi Indonesia, politik Indonesia saat ini, politik indonesia sekarang, politik indonesia terbaru, politik indonesia terkini, politik indonesia hari ini, politik indonesia terkini,
Perseteruan Faksi Politik Jokowi dan Prabowo,
Potret Politik Besar 2014
Situasi pasca pilpres ini menghadirkan dua konflik yang sama-sama beresiko: konflik elit antara kubu merah putih dan revolusi mental beserta cukong-cukongnya yang tak akan kunjung damai mengawal Indonesia ke depan. Di lain pihak masyarakat dihadapkan pada kejemuan politik, terutama melalui popaganda media yang menyuguhkan isu-isu menjemukan saban pagi saban malam. Dua kendala itu melanjutkan kelesuan etos kerja, apatisme, bahkan jika kondisinya kunjung membaik, tak mustahil beberapa waktu ke depan memunculkan anarkisme.

Potret itu saya pikir hanyalah sebuah gunung es yang muncul ke pemukaan, jauh di bawah sana adalah konspirasi: siapa memainkan apa, dengan cara bagaimana untuk mendapatkan apa. Persoalan yang paling mengemuka kemudian adalah perebutan tafsir mengenai trisaktinya Bung Karno: berdikari secara ekonomi, berdaulat secara politik, berkepribadian secara sosial-budaya.

Dalam zona retakan ini, tak bisa tidak jika seleksi alam mengemuka: siapa yang betahan dan bekembang dalam komplikasi politik, dia akan menjadi pelaku di masa setelahnya. Begitu pula siapa yang tak kuat, layu, bahkan tumbang, ia hanya akan menjadi penonton di pinggir lapangan. 

Di tengah polemik elit, publik menunggu suatu elemen lain yang bisa menjadi stabitator dan pembanding. Setelah penegak hukum yang kini kembali menunjukkan taringnya, saatnya kaum intelektual dan masyarakat bawah dan menengah bangkit dengan kemandiriannya dan kemerdekaannya. Namun kemudian hal ini pun masih memiliki masalah akut: masih terdapatnya polarisasi antara mahasiswa, santri, sastrawan, dan klas menengah lain di satu sisi, bahkan tidak bisa dihindari adanya faksi-faksi yang bermuara kepada partai politik tertentu, di sisi lain masyarakat luas masih menunggu bola mnghaapi kejutan politik berikutnya sebelum akhirnya menuju partisipasi aktif.


Menakar Akar Masalah Politik Bangsa, Berdiri Tegak dengan Harga Diri

politik indonesia, politik ekonomi Indonesia, politik Indonesia saat ini, politik indonesia sekarang, politik indonesia terbaru, politik indonesia terkini, politik indonesia hari ini, politik indonesia terkini,
Politik Ekonomi Indonesia,
ini soal kemandirian
Maka, akar masalah yang harus dipecahkan lebih dulu adalah membebaskan pertentangan ekonomi dari kapitalisme menuju kemandirian masyarakat dengan atau tanpa sokongan bantuan dari pemerintah, dan budaya yang mampu menghargai dan mengembangkan identitas lokal dan nasional dari gempuran hegemoni asing baik Barat maupun timur tengah. Dua kekuatan ini, jika mampu dikonsolidir dengan baik akan mnciptakan arus baru yang merdeka dari zona patahan politik, bahkan menjadi kekuatan baru politik nasional.

saya membayangkan jika saja masyarakat mampu berdikari dari manipulasi elit, bersatu dengan kelas menengah baik kalangan mahasiswa, santri, aktivis sosial dan intelektual lainnya, maka goncangan apapun tidak akan berdampak signifikan bagi budaya persatuan dan gotong royong yang saat ini sedang diuji kualitas. sebaliknya, selama jika saja kendala akut di bidang ekonomi dan budaya tidak bisa dipecahkan, maka gerakan apapun akan mudah dipatahkan. 

Sebagai penutup, saya ingin mengutip penyataan Ahmad Baso yang menawarkan konsep kasyf (visiones) sebagai karakter politik nenek moyang Republik Indonesia: Politik sebagai Menulis Masa Depan, Menciptakan Sejarah!

"Tradisi dan masa depan ilmu politik suatu bangsa ditentukan dari sejauhmana kualitas proses kebudayaannya. kualitas berkebudayaan itu misalnya ditunjukkan dari praktik "meaning making" (penciptaan makna). Ilmu politik yang otentik dari sebuah bangsa terletak pada kemampuannya meramal dan memprediksi sesuatu di masa depan. prosesnya dimulai dari basis kebudayaannya: membaca tana-tanda zaman, kemampuan melakukan pemetaan, analisis strategis lawan-kawan, hingga analisis pengetahuan geo-politik nasional untuk melihat konstelasi aktor-aktor di atas panggung internasional"  -Pesantren Studies 4A-

sikap revolusioner tentu sangat heroik, tapi saya kira hal ini bisa menjadi tawaran yang strategis untuk dilakukan semua kalangan secara konkrit sambil menanti fluktuasi dan konsolidasi politik berikutnya.



[1] Tulisan ini dibuat Menanggapi panasnya perseteruan faksi politik nasional pasca pemilihan presiden, 13 September 2014
Info lain, klik di Mencintai kemanusiaan

0 komentar:

Posting Komentar