24th Resolution, Loving and Humanity
Cinta dan Kemanusiaan |
Membayangkan sebuah kedamaian dan kebaikan
social dalam hidup merupakan tatanan ideal. Jika kedamaian social merupakan
sebuah tindakan, maka tentunya ada ia memiliki sumber gagasan dan kekuatan.
Dari titik ini, menarik hukum kekekalan
energi yang dikenalkan James Prescott Joule yang mengatakan bahwa energi tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, kecuali hanya dapat berpindah
dari satu bentuk ke bentuk lain. Jika hukum kekekalan energi ini tidak
terbantahkan, maka sumber kekuatan kebaikan universal pun berasal dari satu
titik energi yang sama nilai universalitasnya dan berbanding lurus arah
kebaikannya.
Energi yang abadi dan berakumulasi kepada
kebaikan itu, tidakkah itu energi cinta yang berasal dari naluri alami manusia
secara universal. Lantas, bagaimana melakukan sebuah kebaikan universal dan
gerakan moral hanya dengan bermodalkan cinta semata? Bagaimana arah gerak
energi itu dalam mengkonsolidasi diri merubah tatanan kehidupan? Terlebih lagi
itu seolah kontradiksi, di satu sisi cinta merupakan sebuah sikap yg emosional
dan personal, sedangkan perubahan tatanan kehidupan bersipat intelektual dan
ilmiah..
Cinta pada kemanusiaan bukanlah kata kata, melainkan perbuatan nyata, seperti Nelson Mandela di atas |
Bagaimana bentuk gerakan dengan basis cinta? Apa pijakannya??
Sekilas tampak merupakan ironi dan bahkan
seperti komedi klasik yang menggelikan.. tapi semua cibiran itu hanya akan
menjadi bunyi-bunyian nyaring tanpa makna jika ia menyadari fakta sejarah
gerakan ahimsa-nya Mahatma Ghandi, politik anti Apartheidnya Nelson Mandela, Kosmopolitanisme
universalnya Gusdur, bahkan gerakan tauhid sebagai teologi pembebasannya
Muhammad saw. sebagai inspirasi gerakan moral yang digandrungi selama 14 abad
yang lalu.
Jika ditarik titik temu antara hukum
kekekalan energi dengan fakta sejarah di atas, maka dapat ditarik satu bandul
yang sama, yakni segala gerakan moral dan gerakan intelektual yang terjadi
merupakan varian ekspresi positif dari perpindahan energy abadi dalam hidup
ini. Selama hidup ini ada, selama itu pula ia aka nada. Di situlah letak
kekalnya, ia akan menjadi cita-cita ideal untuk segala zaman, melampaui
positivism pengetahuan, atau gerakan politik aliran yang sangat temporer.
Jika energi cinta (mahabbah) merupakan
sebuah energi besar, maka tidak mustahil hal ini akan menjadi inspirasi bagi
gagasan-gagasan dan gerakan besar. Tentunya ini pun yang terus dijaga oleh para
asketis, bahkan diwujudkan melalui tasawuf sebagai sebuah kritik social.
Dengan menelisik akar nalarnya, madzhab
mahabbah merupakan dorongan untuk melakukan kejujuran, kebijaksanaan,
kesederhanaan, keikhlasan, bahkan menjadi inspirasi perlawanan terhadap
kedzaliman, keangkuhan, karena pada dasarnya ia baik dan bergerak menuju
hal-hal yang baik, fitrah, positif.
Jika mahabbah kawin siri dengan kenikmatan,
maka ia jadi berhala. Jika mahabbah berselingkuh dengan keangkuhan, maka ia
hanyalah perbudakan dan kedzaliman. Jika mahabbah inkar dari ketuhanan, maka ia
hanyalah kemusyrikan. Jika mahabbah bersekongkol dengan kepentingan, maka ia
hanyalah kemunafikan.
Resolusi Cinta dan Kemanusiaan |
Dengan paradigma di atas, maka resolusi 24
ini adalah madzhab cinta tanfa syarat, hadir sebagai fitrah dari sumber
ketitakterbatasan Tuhan, berekspresi melalui media kehidupan. Cinta tanpa
syarat merupakan cinta akan kehidupan, cinta akan kematian, cinta akan kebijaksanaan,
cinta akan semangat juang, cinta akan karya-karya besar, cinta akan hokum
proses, cinta akan kenyataan, cinta akan cobaan, dan cinta kepada siapapun dan
apapun sebagai wujud dari cinta kepada Tuhan dalam kehidupan.
0 komentar:
Posting Komentar