Abstraksi Pemikiran Politik Gus Dur
Gus Dur |
Pemikiran politik KH.
Abdurrahman Wahid dalam pentas politik nasional merupakan gagasan yang
orisinal, vulgar, kritis, komprehensif, dan sekaligus mengundang kontroversi. Kenyataan
tersebut menjadi salah satu tipikal yang khas dalam melakukan interaksi dan adovkasi
politik. Sebagai political man, Gus Dur mampu
melakukan interpretasi pemikiran keagamaan yang dikolerasikan dengan konteks politik, baik Orde Baru maupun era Reformasi,
dengan melakukan transformasi politik melalui spirit agama sebagai basisnya.
Skema pemikiran politik
Gus Dur pun dilakukan melalui dialektika materialisme historisnya dalam
merespon kenyataan melalui mampu membuat sintesa antara gagasan ideal dengan
antagonisme politik yang terjadi di Tanah Air. Kolaborasi antara spirit Islam dengan
pilihan paradigma kritis mampu memposisikan Gus Dur sebagai pemikir politik yang memperjuangkan
nilai-nilai demokrasi, humanisme, serta keadilan sosial yang tidak terjebak pada Islam ideologis, juga tidak sama
sekali menjadi atheis yang berwatak materialisme. Dengan sintesa antara metodologi ushul fiqih
sebagai basis metodologi dengan paradigma materialisme historis tersebut, Gus
Dur mengkritik paradigma Marxian yang determinisme ekonomi sebagai perjuangan
kelas, bahkan ia lebih jauh menyatakan bahwa dalam agama terdapat spirit perubahan.
Penelitian ini bermaksud menelaah konstruksi pemikiran politik KH. Abdurrahman Wahid beserta
aktualisasinya dalam pentas politik nasional. Penelitian ini juga mencakup metodologi dan kerangka
pemikiran yang mempengaruhi konstruksi pemikiran politik KH. Abdurrahman Wahid
tersebut.
Kerangka pemikiran yang digunakan untuk
menganalisis hal tersebut ialah menggunakan pendekatan ideologi dan
kecenderungan berpikir, faktor pengaruh determinan, serta cita-cita dan
tujuan politk KH. Abdurrahman Wahid. Data-data
tertulis dan hasil wawancara dijadikan
sumber untuk kemudian dianalisis secara deduktif dan induktif.
Metode penelitian yang digunakan dalam
penyusunan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis kolerasional dalam
bentuk content analysis, yaitu metode menganalisis dokumen yang berhubungan dengan pemikiran politik KH.
Abdurrahman Wahid dan mengkolerasikan antara
suatu masalah dengan masalah lain.
Konstruksi
pemikiran
politik Abdurrahman Wahid dibedakan
menjadi 4 fase, yakni 1) fase pembentukan intelektual: gagasan penolakan
terhadap negara Islam dan formalisasi asas Islam, diferensiasi wewenang agama dengan
negara, dan penerimaan asas tunggal pancasila, 2) fase perlawanan kultural: manajemen investasi sosial menjadi ketua umum PBNU, penolakan
terhadap pembreidelan tabloid Monitor, pendirian forum demokrasi,
kampanye kesetiaan terhadap pancasila, politik akomodasi di tengah oposisi dengan
Soeharto, dan perjuangan non-revolusioner, 3) fase perlawanan struktural: deklarasikan
partai politik
dan integrasi
unsur politik yang kontradiktif, dan 4) fase menjadi Negara: usulan pencabutan TAP
MPR tentang PKI dan
Marxisme-Leninisme,
dan membangun
kepercayan luar negeri di tengah transisi demokrasi Indonesia. Secara spesifik,
pemikiran politik Gus Dur konsisten dalam tujuan, akan tetapi zig-zag dalam
strategi dan teknik. Tujuan yang konsisten ialah kemanusiaan, keadilan sosial, berdasarkan pada
nilai ketauhidan dan pembebasan. Adapun cara
yang zig-zag dalam strategi dan teknik berpolitik, ialah untuk melakukan
perlawanan terhadap hegemoni otoritarianisme yang menggurita. Strategi zig-zag
tersebut dimaksudkan untuk mengambil posisi bertahan, menghitung posisi
menyerang, mengelak dari serangan lawan, atau pun serangan tiba-tiba. Metodologi dan
kerangka pemikirannya diperoleh dari
paradigma moderatisme (tawasuth) yang tidak terjebak
ekstrimisme dalam berpolitik, dengan titik tekan pada kesejahteraan rakyat (maslahatul
ammah).
Catatan:
Abstraksi ini maksudya abstraksi dalam melakukan penelitian
sebagai tugas akhir s1 Hukum Ketatanegaraan dan Politik Islam (skripsi).
Tulisan abstraksi itu tak kuubah sedikit pun, tetap utuh
seperti saat tulisan ini diterima sebagai penelitian yang valid sejak tahun 2011-2013. Struktur bahasanya
yang kaku, akademis, dan sangat singkat, dipas-pasin agar muat 1 halaman di
lembar abstraksi skripsi.
Memajang abstraksi ini memiliki nilai tersendiri. Pertama
karena di antara buku buku kampus, yang tersisa hanya naskah skripsi ini dan buku
tulisan Gus Dur.
Kedua, penelitian cape cape mengenai pemikiran politik Gus Dur mudah mudahan bisa memberikan manfaat lebih bagi khalayak, selain mengisi tugas akhir dan menjadi koleksi perpustakaan kampus yang banyak dihinggapi rayap. Ketiga, rahasia... pokokkya banyak cerita.
Kedua, penelitian cape cape mengenai pemikiran politik Gus Dur mudah mudahan bisa memberikan manfaat lebih bagi khalayak, selain mengisi tugas akhir dan menjadi koleksi perpustakaan kampus yang banyak dihinggapi rayap. Ketiga, rahasia... pokokkya banyak cerita.
Dulu, aku pernah nulis sisa sisa dan penggalan naskah pada
blogku yang lain. Semuanya bisa dibuka di sini, abdurrahmanwahid-gusdur. Kamu mau mencari tokoh yang sevisi dengan Gus Dur, klik di sini
0 komentar:
Posting Komentar