Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Bukan Badai yang Tak Datang

Bukan Badai yang Tak Datang

Written By Iji Jaelani on Rabu, 14 Juni 2017 | 06.56

Bukan Badai yang Tak Datang



puisi kontemporer, puisi kehiduoan, puisi perjuangan, buisi baru, iji jaelani
bukan badai yang tak datang
Ingin ku menangkap badai, badainya tak datang
Ingin ku menangkis hujan, hujannya tak turun
Ternyata bukan hujan tiada, aku tak menghadirkan jiwa
Menari dalam pilu, haru, deru

Kumis kumis tebal, rambut-rambut keriting
Baju lusuh, kumuh, peluh
Tanah tanah beraspal, becek
Tukang tukang sayur, saban petang hingga pagi
Kau masih berdiri kokoh di tebing pinggiran kota, kepungan gedung gedung
Demi sepiring nasi, seberkas senyuman anak sekolah dan isteri yang mendoakan
Berjuang dengan riang tanpa lirik-lirih penyesalan

Baju baju, ikan ikan asin, ayam, buah-buahan, gerobak, karung-karung besar
Jongko, becak, parkiran bak jamur di musim hujan
Hilir, mudik, mobil, motor,
Siang, malam
Saban hari
Tadi subuh kau mengakhiri
Sore-sore bangkit kembali

Sambil membayangkan 30 tahun silam, tanah ini masih harum aroma keringat ayahku yang lebih dulu menjadi kesatria, merantau, menjadi tukang sayur demi kehadiranku dan sanak saudara yang lahir lebih dulu

Dengan kisah yang sedikit berbeda, aku ke sini menyaksikan bayang-bayang dalam panggung yang sama, naskah yang sama, dengan sedikit zaman yang berbeda. Bolehkah kau melihat, aku sudah dewasa, sudah lulus sekolah tinggi meski tak pernah kauhadiri, mengganti bahumu untuk terus melanjutkan kisah terindah bagi isterimu dan si buah hati.

Tapi biarlah, semoga kau tenang di sana. Pameran ini telah berganti babak. Tokoh-tokoh telah berganti meski kisah tak jauh seperti dulu. Uh,,,, melihat tanah tanah ini rasanya jauh lebih romantis, di antara kepungan sudut kota, pagi tampat pakaian sore pusat sayuran untuk tetap bertahan menjalankan fitrah sebagai penyangga sandang pangan masyarakat urban.

Bandung, 14 Juni 1990



0 komentar:

Posting Komentar