Sikap JAMAN Jawa Barat dalam Mendorong Politik Maju di Jawa Barat
iji jaelani, sekretaris DPD JAMAN Jawa Barat |
Kedua,
issue tata ruang, yakni desa dan kota, mengenai issue apakah desa memimpin kota
karena luas wilayah Jawa Barat lebih berada di pedesaan, atau Kota memimpin
desa karena kota yang mempelopori perubahan.
Ketiga, issue popularitas calon
yang terus digoreng, hingga saat ini Ridwan Dedi Mulyadi, dan Dedi Mizwar
saling beradu ketenaran.
JAMAN (Jaringan Kemandirian nasional) DPD Jawa Barat menilai, ketiga issue tersebut sudah usang karena menggunakan pendekatan
prilaku politik tradisional, yakni demografis-sosiologis, psikologis, dan
ideologis. Kedua, issue tersebut bukan merupakan issue pokok yang dibutuhkan
masyarakat karena semua issue tersebut bukan kebutuhan pokok masyarakat.
Permasalahan
ketimpangan ekonomi di Jawa Barat masih cukup besar untuk segera
dituntaskan. Sebenarnya, luas wilayah
yang besar, sumber daya alam melimpah, dan jumlah penduduk yang banyak bisa
menjadi faktor utama keberhasilan, jika saja didorong oleh infrastuktur dan
akses teknologi dan informasi yang memadai, serta yang lebih penting adalah
kebijakan yang mendorong pentingnya masyarakat berdikari dan menjadi produsen
di daerah sendiri.
Ketergantungan
merupakan virus mematikan yang tumbuh di republik ini, termasuk di jawa Barat.
Setidaknya, ada 3 alasan terhambatnya kemajuan dan kemandirian di jawa barat.
Pertama, sisa feodalisme menyebabkan mental pejabat mencari untung dari
jabatannya sehingga program tidak berjalan sampai pada sisi dampak bagi
masyarakat. Kedua, sisa kolonial yang menyebabkan masyarakat kapitalis konsumtif,
bukan kapitalis produktif, dampaknya minimnya produktivitas dan konsumerisme
tinggi.
Penduduk
yang demikian banyak akhirnya hanya menjadi pasar di negeri sendiri. Ketiga,
secara psikologis, sisa kolonial ini menyebabkan masyarakat rendah diri dan lebih
bangga dengan produk asing dan budaya asing, baik budaya barat maupun budaya
timur tengah. Akhirnya, miskin secara ekonomi, miskin secara budaya.
Dengan
demikian, solusi yang perlu didorong adalah dengan kebijakan yang memutus mata
rantai pemiskinan ekonomi dan budaya dengan cara kembali kepada jati diri warga
Jawa Barat.
Karena
itu, jika kampanye politik sudah dimajukan dalam bentuk kebijakan strategis
memutus ketergantungan, tidak akan ada lagi masayarakat yang akan menolak.
Kampanye pendekatan agama dan etnis pada akhirnya menjadi kampanye balon udara
yang menguap tidak mendapat tempat di hati masyarakat.
Selain
persoalan penguatan madrasah diniyah sebagai pendidikan karakter, sektor
ekonomi strategis seperti kebijakan pangan dan maritim, memperpendek jalur
distribusi sehingga harga menjadi murah, BUMDes yang sehat, ekonomi berbasis
ekologis, serta silang budaya desa kota sehingga kesenjangan di Jawa Barat bisa
semakin diminimalisir.
0 komentar:
Posting Komentar